beropini. // Mengeluh di Sosial Media

Kenapa ya kita seringkali seketika menjadi orang yang sombong ketika merasa menjadi orang yang paling capek?

Kenapa penderitaan yang kita alami harus menjadi sesuatu yang kita sombongkan? Apa yang harus kita sombongkan ketika menjadi orang yang paling menderita?

Apa karena kita merasa ketika kita adalah orang yang paling menderita, kita merasa menjadi orang yang paling hebat?

Hhmmm

Kita -termasuk saya juga ini lho-, seringkali menjadikan sosial media menjadi wadah untuk mengeluh atau sekedar mengeluarkan uneg-uneg. Baik yang levelnya rendah sampai yang cukup extreme (sampai yang membaca mungkin mengelus dada).

Dan pada akhirnya, fungsi sosmed yang seharusnya untuk tujuan komunikasi pun sudah beralih fungsi menjadi wadah untuk menampung keluhan-keluhan dari manusia yang putus asa. Sekarang sosial media menjadi sarana untuk manusia memamerkan penderitaannya. Mungkin terkadang dalam hati terdalam kita -termasuk saya!-, terselip rasa ingin menarik simpati ketika kita merasa sangat lelah.

Padahal, hal tersebut ngga baik buat kita sendiri ataupun orang lain. Media sosial bukanlah dunia yang lembut, media sosial adalah dunia yang keras. Bukannya mendapat simpati, justru kita mendapat cibiran dari orang lain. Kita akan memunculkan stigma-stigma negatif pada diri kita di dalam benak mereka. Orang akan memandang kita menjadi orang yang tidak bersyukur, menjadikan kita seperti orang yang labil, tidak punya kerjaan.

Di saat seperti itu, perlahan orang akan kehilangan rasa percaya pada kita. Ketika kita mengeluh, kita juga akan menyebarkan pengaruh negatif kepada manusia lain. Di saat itu orang akan menjadi ilfeel, mereka tidak akan mempercayai kita karena takut setiap hal yang mereka peecayai akan menjadi bahan keluhan di sosial media.

Disaat kita merasa capek, merasa putus asa, kita -termasuk saya juga!- seharusnya ingat,

Kita kan punya Allah SWT :)

Percaya deh, Allah SWT adalah sebaik-baiknya maha melihat mereka yang paling bekerja keras. Allah SWT adalah sebaik-baiknya penilai segala sesuatu yang kita perbuat. Allah SWT lah yang paling tau apa yang sebenarnya ada di dalam hati kita. Allah SWT yang paling tau sebenarnya apa yang kita rasakan.

Hanya Allah SWT lah yang paling mengerti, sudah seharusnya kita berserah diri hanya kepada Nya

Bukan sosial Media :)

Tidak semua orang terlahir di dunia mempunyai pikiran yang sama dengan kita. Bisa saja ketika kita mengeluh, hal itu justru menjadi boomerang untuk kita sendiri. Bisa jadi di luar sana ada orang lain yang lebih menderita, yang lebih lelah, yang lebih capek, tetapi mereka memilih untuk tidak mengeluarkannya di sosial media. Yang mereka lakukan adalah mengambil air wudhu, menggelar sajadah dan berserah diri kepadanya. Sudah seharusnya kita -termasuk saya!- mensyukuri semua yang kita dapat, termasuk rasa lelah itu.

Inget, cuma Allah SWT yang paling mengerti apa yang kita rasakan :)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Nisa pernah membaca di sebuah buku "Sebaik-baiknya manusia tidak akan merasa senang digurui, oleh penulis besar sekalipun."

Sampai selesainya tulisan ini, Nisa sering kali berkata dalam hati, "apaan sih kamu, baru juga selesai semester 3. Kamu bukan apa-apa disini. Kamu belum bisa apa-apa. Berkepala dua aja belum. Emang ilmu yang udah kamu dapet udah sebanyak itu, sampai berani bikin tulisan ini?"

Jadi Nisa mohon maaf ya untuk setiap kesalahan dari tulisan yang ngga jelas ini. Ambil baiknya aja -kalau ada-, tegur semua kesalahannya ya. Intinya Nisa minta maaf ya :)

Comments

Popular posts from this blog

work. // Laporan Hasil Praktikum Penerapan Teorema Torricelli

work. // PROPOSAL USAHA KERAJINAN BENDA PAKAI DARI BAHAN LIMBAH CELENGAN KARAKTER

work. // INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA