You Are My Sister


“Gara-gara kamu! Aku kena juga ejekannya! Kau bukan saudaraku!” ujar Lala, saudara kembarku.
Aku hanya terdiam. Kurasa ia sudah keluar kamarku. Aku hanya bisa merasakannya. Ya, karena aku tak bisa melihat.
Enam bulan lalu, aku masih ingat hal ini. Lala kecelakaan tertabrak motor. Luka-lukanya cukup parah. Bukan hanya itu, bola matanya tak bisa untuk melihat lagi. Bahkan ia hilang ingatan. Aku masih ingat, waktu itu aku menangis sedih.
Aku pun dengan berani merelakan mataku. Awalnya, orang tuaku melarangku. Keluargaku melarangku. Teman-temanku juga turut sedih. Tapi aku terus memaksa. Aku katakan jika aku saying Lala. Akhirnya, orang tuaku mengalah. Operasi pun berlangsung. Aku masih ingat wajah ibuku waktu itu. Ia tersenyum, senyum terakhir ibuku yang pernah ku lihat. Lalu aku pun tertidur karena obat bius.
Aku terbangun. Aku hanya bisa mendengar suara peralatan operasi. Aku belum bisa membuka kelopak mataku. Aku bisa mendengar pertanyaan Lala.
“Sebenarnya, aku siapa? Aku dimana sekarang?”
Aku sangat sedih dengan keadaan Lala. Ibu hanya bisa menjawab pertanyaan dengan sabar. Lala seperti anak kecil waktu itu. Aku mungkinakan lebih sedih jika Lala tak bisa melihat. Untuk itu, aku mengalah dan memberikan mataku padanya. Aku akan memberikan kesempatan padanya agar ia mengingat dirinya sendiri.
Berubah, ya Lala sekarang berubah. Ia sangat benci denganku. Tak seperti dirinya yang dulu, manis, baik, ramah. Apa ia tak tau aku telah merelakan mataku untuknya? Ya, orang tuaku memang sengaja tak memberitahunya. Tapi, mengapa ia membenciku?Apa salahku?
Mungkin, karena ia juga sering di ejek teman-temanku. Itulah resikonya, mendapat ejekkan dari banyak orang.
Lala, aku berharap, kau tau isi hatiku. Aku ingin kau berubah. Aku tak ingin kau yang sekarang. Aku ingin kau yang dulu. Aku ingin mendengar candamu, tawamu. Saat kita bermain sepeda bersama. Mustahil jika itu kita lakukan. Tapi, paling tidak kau tidak membenciku. Bisakah kau berubah?
“Rara,” pintu kamarku terbuka. Terdengar suara Lala.
“Apa kau merelakan matamu untukku? Aku sudah mendengar semuanya dari Ibu!” tanyanya, aku hanya mengangguk.
“Mengapa kau melakukan itu? Paling tidak, mengapa kau tak memberitahuku? Kenapa?” tanya Lala.
“Karena aku menyayangimu. You are my sister,” ujarku tulus. Lala menangis di pelukanku.

by: Annisa FN jgn di copy ok ^^

Comments

Popular posts from this blog

work. // Laporan Hasil Praktikum Penerapan Teorema Torricelli

work. // PROPOSAL USAHA KERAJINAN BENDA PAKAI DARI BAHAN LIMBAH CELENGAN KARAKTER

work. // INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA